Minggu, 04 November 2012

Ejaan dalam Peristilahan


A. Ejaan Fenomenik
            Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan pada ejaan fenomenik.Artinya hanya satu bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
Misalnya :
-          presiden  bukan  president
-          standar   bukan   standart

B. Ejaan Etimologi
            Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonym dengan kata lain dapat ditulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya. Sehingga bentuknya berlainan walaupun lafaalnya mungkin sama.
Misalnya :
-          bank        dengan    bang
-          sangksi    dengan    sangsi

C. Transliterasi
            Pengejaan istilah juga dapat dilakukan menurut aturan trasliterasi. Yakni penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari bunyi lafal yang sebenarnya. Hal itu misalnya, diterapkan menurut anjuran International Organization for Standardization(ISO) pada huruf arab (rekomendasi ISO-R 2333), Yunani (rekomendasi ISO-R  315), Siril(Rusia) (rekomendasi ISO-R 9) yang dialihkan ke huruf latin.
Misalnya :
-          yaum ul-adha              (hari kurban)
-          suksma                         (sukma)
-          psyche                         (jiwa,batin)
-          Moskva                        (Moskwa,Moskou)

D. Ejaan Nama Diri
            Ejaan nama diri,termasuk merek dagang yang di dalam bahasa aslinya ditulis dengan huruf latin,tidak dirubah.
Misalnya : Baekelund,Cannizaro,Aquadag,Daeron.
            Nama diri yang dibentuk aslinya ditulis dengan huruf lain dieja menurut rekomendasi dari ISO,ejaan Inggris yang lazim,atau ejaan Pinyin(Cina).
Misalnya : Keops, Sokrates, Dimitri Ivanovic Mendellev, Anton Cekhow, Mao Zedong, Beijing.

E. Penyesuaian Ejaan
            Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas tiga golongan besar.
            Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya. Misalnya, sirsak, iklan, otonomi, dongkrak, pikir, paham, aki.
            Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,seperti shuttle cock, real estate. Unsur-unsur ini dipakai di dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
            Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan bahasa asing hanya dibuah sepenuhnya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
Kaidah penyesuaian ejaan bagi unsur serapan semacam itu sebagai berikut :
aa (Belanda) menjadi a
paal                 pal
baal                 bal
octaaf              oktaf

E. Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing
            Huruf gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterima ke dalam bahasa Indonesia, sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya.

a.       Huruf gugus konsonan di awal atau di tengah
fl-        : flexible           menjadi           fl-        : fleksibel
fr-        : frequenci                               fr-        : frekuensi
phl-      : phlegmatic                             fl-        : flegmatik
phr-      : schizophrenia                        fr-        : skizofrenia

b.      Huruf gugus konsonan akhir
-ck       : block              menjadi           -k         : blok
-ct        : contract                                 -k         : kontrak
-nt        : gradient                                 -n         : gradien




Nama Penulis  : Anggi Sopiandi (10110835)
                          Ferras Satrio (12110752)

Rujukan :

Judul Buku:
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN & PEDOMAN UMUM PEMBENTUK ISTILAH.

Penerbit : PUSTAKA SETIA Bandung.