Sejak Selasa (26/11/2010) Gunung Merapi meletus. Letusan gunung teraktif di dunia, kali ini dianggap lebih besar dari tahun 2006, bahkan tahun 1930-an. Walau letusannya mungkin tak sehebat letusan pada tahun 1006 silam, yang dilaporkan sempat mengubur Kerajaan Mataram Kuno dan Candi Borobudur, letusan kali ini telah memporakprandakan kawasan hutan, kebun dan pemukiman dalam radius 20 km. Tapi hingga dua pekan berlalu, letusan Merapi juga belum berhenti.
Ketua Dewan Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Dr Andang Bachtiar MSc menjelaskan, kapan mulai dan berakhirnya suatu letusan gunung api memang sulit dipredikasi. Sebab, kadang letusan ini memiliki derajat ketidakpastian yang berbanding terbalik dengan pengetahuan. Untuk mengetahuinya perlu banyak data statistik dan pengalaman.
Kalau diperkirakan, kapan Merapi akan meletus lagi? Kalau periodenya jelas bagaimana melindungi masyarakat sekitarnya?
Kita tahu dari data empiris statistik bahwa periode aktivitas letusan Gunung Merapi itu pendek, yaitu setiap 5 tahunan. Makannya dia disebut sebagai gunung api teraktif di dunia saat ini. Ini menjadi satu kerutinan, yang juga telah disadari oleh pemerintah, khususnya jajaran Badan Geologi Kementerian ESDM.
Melihat rutinitas letusan Gunung Merapi itu, dalam level kesadaran ini, harusnya juga diterapkan di Badan Nasional Penanggulangan Becana (BNPB) dalam rangka memitigasinya mengurangi resiko bencana bagi penduduk. Nampaknya, setelah periode letusan Gunung Merapi ini, BNPB harus konsentrasi full mitigasinya. Mungkin dengan menata ulang memetakan daerah bahaya dan tata ruang secara keseluruhan. Dan ini tentinya harus dilakukan secara lintas sektoral juga.
Selain merupakan musibah, letusan Merapi juga membawa berkah, berupa kesuburan tanah dan pasir sebagai bahan bangunan.
Debu vulkanik yang dihasilkan dari letusan gunung menganding zat yang bisa menyuburkan tanah. Kesuburan tanah akibat letusan gunung ini terutama yang berada di daerah tropis seperti Indonesia. Soal penjelasan ilmiahnya bukan kompetensi saya untuk menjelaskannya. Mudah-mudahan kawan-kawan dari Kementerian Pertanian yang bisa memberikan pencerahan soal ini.
Tentang pasir, materi ini akan terkonsentrasi di alur-alur lahar, yaitu di sungai-sungai yang berhulu di Merapi. Sebab, lahar itu sendiri merupakan bagian dari produk letusan gunung api tersebut. Berdasarkan informasi BPPTK dan PVMBG bahwa material yang sudah dimuntahkan Gunung Merapi ini mencapai 100 juta meter kubik. Maka, diperkirakan pasir-pasir yang akan menjadi rezeki di alur-alur sungai tersebut pastinya tidak akan melebihi jumlah atau volume itu. Karena, mereka hanya sebagian kecil saja proporsinya dari keseluruhan material vulkanik yang diluncurkan Merapi.
Pendapat :
Musibah ini terjadi karena factor alam, karena seperti diketahui gunung merapi memang ada waktunya untuk memuntahkan isi perut bumi untuk keseimbangan bumi. Tetapi ini bisa dikategorikan menjadi berkah juga karena tanah disekitar gunung akan menjadi subur dan ada pula pasir lahar bekas letusan yang dapat diolah dan akan menjadi sumber penghasilan untuk warga sekitar.
Solusi :
Saat ini terjadi lebih baik kita pergi sejauh-jauhnya dari gunung agar tidak terkena dampak letusan.
Sumber : http://jakarta45.wordpress.com
Nama : Anggi Sopiandi
Kelas : 1KA31
NPM : 10110835
Dosen : Asri Wulan
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar