Oleh
Syaikh Dr Said bin
Ali bin Wahf Al-Qahthani
Kenikmatan
itu ada dua : Kenikmatan yang umum dan Kenikmatan yang terikat.
1. Kenikmatan
Yang Umum.
Yaitu
kenikmatan yang berhubungan dengan kebahagiaan abadi. Itu adalah kenikmatan
Islam dan kenikmatan Sunnah. Karena kebahagiaan dunia dan akhirat dibangun
diatas tiga pondasi : Islam, Sunnah dan A’fiyah (keselamatan) di dunia dan di
akhirat. Sementara kenikmatan Islam dan Sunnah adalah kenikmatan yang diperintahkan
Allah kepada kita agar memohonnya di dalam shalat, agar Allah memberikan kita
petunjuk kepada jalan pengikutnya, dan jalan orang yang telah diberikan
keistimewaan dengan kenikmatan itu, serta jalan orang-orang yang telah dijadikannya
sebagai penghuni Ar-Rafiq Al-A’la.
Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya
: Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan RasulNya, mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu ;
Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” [An-Nisa : 69]
Keempat
golongan manusia itu adalah pemilik dari kenikmatan umum tersebut. Para pemilik
kenikmatan itulah yang Allah maksudkan dengan firmanNya.
“Artinya
: Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmatKu, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” [Al-Maidah : 3]
Kesempurnaan
pertama itu adalah pada sisi agama Islam, dan kesempurnaan kedua itu pada sisi kenikmatannya.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah mengungkapkan : “Sesungguhnya iman itu memiliki
batas-batas, kewajiban-kewajiban, sunnah-sunnah dan syariat-syari’at. Barangsiapa
yang menyempurnakan semuanya, berarti telah menyempurnakan iman”. [1]
Agama
Allah adalah syari’at yang mengandung perintah dan larangan serta hal-hal yang
disukai oleh Allah. Maksudnya, bahwa kenikmatan umum yang khusus diterima oleh
kaum mukminin. Itulah kenikmatan Islam dan Sunnah. Dan kenikmatan itu pulalah
yang menyebabkan seorang mukmin mendapatkan kegembiraan sejati. Kegembiraan
dengan kenikmatan itu adalah yang disukai dan diridhai oleh Allah.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya
: Katakanlah :’Dengan karunia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”
[Yunus : 58]
Pendapat
para ulama As-Salaf tentang pengertian rahmat dan keutamaan Allah seputar :
Islam dan Sunnah, dan sebatas hidupnya hati dengan kegembiraan karena keduanya.
Semakin keduanya itu tertanam di dalam hati, semakin memberikan kegembiraan.
Sampai-sampai hati akan menari karena saking gembiranya ketika ruh itu
bersentuhan dengan sunnah, meskipun orang banyak dalam kesedihan mendalam. Ia
akan tetap dipenuhi rasa tentram, meskipun manusia dalam ketakutan yang amat
sangat”[2]
2. Kenikmatan
Yang Terikat.
Yakni
kenikmatan kesehatan, kekayaan, kesehatan tubuh , kehormatan yang luas,
banyaknya anak, istri yang cantik dan sejenisnya. Itu adalah kenikmatan yang
dimiliki secara bersama oleh orang-orang yang shalih maupun orang fasik, orang
mukmin maupun orang kafir. Apabila ada yang menyatakan : “Allah berhak memberikan
kepada orang kafir kenikmatan khusus tadi dalam bentuk yang demikian”, maka itu
benar adanya. Namun kenikmatan khusus bagi orang kafir dan orang fasik itu
bersifat menghanyutkan. Kembalinya adalah kepada siksa dan kecelakaan, bagi
orang yang tidak mendapatkan kenikmatan umum di atas.
[Disalin
dari kitab Nurus Sunnah wa Zhulumatul Bid;ah Fi Dhauil Kitabi was Sunnah, edisi
Indonesia
Mengupas
Sunnah, Membedah Bid’ah, hal. 13-18 Darul Haq]
_________
Foote
Note.
[1]
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara mu’allaq dalam kitab Al-Iman, bab : Sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa
sallam : Islam dibangun di atas lima perkara I : 9
[2]
Dicuplik dari ucapan Ibnul Qayyim dalam buku beliau : “Ijtima’ Al-Juyusy
Al-Islamiyah ‘Alal
Mu’aththilah
Al-Jahmiyah.
Sumber
: http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=708&bagian=0
(taken
from http://almanhaj.or.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar